Pesantren Sebagai Poros Baru Kemandirian Ekonomi di Madura

ADMINPESANTREN Jumat, 25 Oktober 2019 07:36 WIB
1335x ditampilkan Galeri Headline Kolom Alumni Karya Alumni

Oleh: Alan Su'ud Maadi*

Era baru dalam perekonomian Indonesia ditandai dengan tiga kekuatan utama yang diwujudkan pada dekade 2017. Pertama, Komite Nasional Keungan Syariah (KNKS). Kedua, Pencanangan Jakarta sebagai Pusat Ekonomi dan Keuangan Syariah Dunia. Ketiga, Arus Baru Ekonomi Indonesia yang didukung oleh pegiat ekonomi syariah. Tiga terobosan yang dibentuk tersebut tidak lain sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan peluang kerja yang mumpuni sesuai dengan kreativitas dan kemampuan skilnya serta didukung dengan potensi akademiknya dengan persaingan di era digital yang begitu kompleks. Era baru perekonomian Indonesia yang selama ini tertumpu kepada persaingan pasar bebas mulai beralih bersamaan dengan dimunculkannya ekonomi syariah sebagai kekuatan baru dalam sirkulasi keuangan adakalanya pasar uang, pasar modal, koperasi, UMKM, asuransi, perbankan, non perbankan dan lainnya. 

Pada akhirnya, kongres ekonomi umat pada tanggal 22-24 Bulan April 2017 di Jakarta memberikan inovasi dan semangat baru di dalam sektor ekonomi dimana MUI sebagai majelis fatwa di Indonesia pada momentum tersebut menindaklanjuti untuk kemaslahatan umat dengan meluncurkan “Program Arus Baru Perekonomian Indonesia” yang bekerja sama dengan dua perusahaan besar yaitu Medco Group dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT. Bahana Artha Ventura (BAV).

Program tersebut merupakan agenda dalam rangka upaya mempercepat pemberdayaan ekonomi umat dan aktualisasi kemitraan antara ulama, pihak swasta dan pemerintah selaku pelaku ekonomi untuk pemberdayaan ekonomi dan peningkatan taraf hidup umat yang melibatkan banyak pihak. Sebagai tahap awal, sejumlah pondok pesantren, ormas Islam, koperasi, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari empat provinsi di Indonesia dilibatkan dalam program ini salah satunya Provinsi Jawa Timur yang secara geografis Madura terletak di provinsi tersebut. Madura yang indah panorama dan kaya akan sumber daya alamnya mempunyai peluang bisnis yang dapat dikembangkan oleh rakyat apalagi didukung oleh ratusan bahkan ribuan pondok pesantren yang sudah banyak memperluas perekonomiannya dalam sektor UMKM, Koperasi, BMT, Perniagaan, Layanan jasa, perkebunan, dan pertanian.

Dengan wujudnya “Program Arus Baru Perekonomian Indonesia”, pemerintah memplaningkan tiga Pilot Project yang telah diluncurkan meskipun dalam kondisi kesenjangan perekonomian di Indonesia yang sedang tidak stabil (fluktuasi). Pertama adalah Program Domba Nasional (Prodombas). Kedua Program Konco Jagung dan ketiga Program Pengasuhan Bisnis yang melibatkan perusahaan, pondok pesantren, dan perusahaan modal ventura daerah. 

Aktualisasi “Program Arus Baru Perekonomian Indonesia” tersebut dengan cepat atau lambat akan terlaksana di setiap daerah pasca diresmikan. Percepatan program ini melalui sosialisasi, edukasi dan kolaborasi antara semua pihak mulai dari pemerintah pusat sampai daerah kepada masyarakat khususnya pondok pesantren dan pelaku UMKM. Hal ini, salah satunya tidak akan terlepas dari semangat membumikan keuangan syariah sebagai era baru ekonomi di pelosok negeri yang didukung langsung oleh presiden dan pegiat ekonomi syariah. Selain itu juga dikawal langsung oleh MUI, OJK, BI dan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Kesempatan yang sangat besar bagi daerah yang memiliki sumber daya manusia dan sumber daya alam yang sangat luas. Tak hanya industri keuangan syariah Indonesia yang berkembang, namun juga industri lainnya seperti, makanan halal, wisata halal, fashion halal, hingga sektor keuangan sosial seperti zakat, infaq, sedekah dan wakaf.

 

Incorporated Pesantren Sebuah Upaya Meningkatkan Perekonomian di Madura

Sejak diresmikannya Jembatan Nasional Suramadu pada tahun 2009, belum terdapat perubahan secara signifikan dalam aspek perekonomian yang selama ini menjadi acuan utama pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat dengan perubahan-perubahan regulasi. Padahal jauh sebelum peresmian tersebut isu tentang perekonomian dan budaya baru sebab dibangunnya Jembatan Suramadu diyakini akan merangsang kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang serta meningkatnya Produk Domestik Regional bruto (PDRB) dan kesejahteraan masyarakat. Pada umumnya, kegiatan ekonomi di Madura masih bertumpu pada sektor pertanian (tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan) yang menjadi andalan nyata dari perolehan PDRB terbesar berbanding sektor lainnya. Berdasarkan kajian Departemen PU, dampak dari Jembatan Suramadu tahun 2006-2035 dapat meningkatkan pertumbuhan PDRB di 4 Kabupaten. Diakui pertumbuhan perekonomian di Madura juga disebabkan oleh jumlah pondok pesantren yang memperluas sektor perekonomiannya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti perniagaan, UMKM, koperasi, jasa layanan dan lainnya.

Incorporated pesantren dalam pembahasan kolom ini bermaksud membentuk kluster potensi pesantren untuk peningkatan dan pemberdayaan ekonomi di empat kabupaten di Madura yang dikaitkan dengan wujudnya “Program Arus Baru Perekonomian Umat” di Indonesia. Tiga pilar yang telah direncakan sangat berpotensi besar akan terencana dengan baik di empat Kabupaten Pulau Madura. Program Domba Nasional (Prodombas), Program Konco Jagung dan Program Pengasuhan Bisnis yang melibatkan perusahaan, pondok pesantren, dan perusahaan modal ventura daerah berpeluang dan berpotensi berkembang melihat sumber daya manusia dan sumber daya alamnya.

Dari tiga formula yang dicanangkan, pondok pesantren di Pulau Madura sangat berpotensi menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya pondok pesantren di empat kabupaten yang dikenal dengan kota santri yang sudah melebar sayapnya ke dunia bisnis sebagai penopang ekonomi internal pesantren dan membantu perekonomian masyarakat. Banyaknya pesantren dapat dikategorisasikan dengan potensi-potensi yang dimiliki.

Seperti Program Domba Nasional (Prodombas), selain diarahkan sebagai penguatan ekonomi pesantren dan ormas Islam yang dijalankan dengan semangat ta’awun (gotong royong) bertujuan mendorong pencapaian swasembada daging nasional dan peningkatan kecukupan protein hewani masyarakat dengan memperhatikan sumber daya lokal. BPS Provinsi Jawa Timur mencatat, populasi sapi di pulau Madura setiap tahunnya bertambah mencapai 806.608 dengan jumlah terbanyak di kabuaten Sumenep. Hal ini berpeluang akan meningkat dengan dorongan dari pondok pesantren yang sudah melatih skil santrinya di dunia peternakan hewani. Bahkan pesantren-pesantren yang secara khusus mengembangkan perekonomiannya dalam aspek peternakan hewani dengan cara modern.

Kemudian Program Konco Jagung, yang akan mengalokasikan 6.000 hektare lahan di Bojonegoro, Jawa Timur dengan potensi lahan pertanian yang dapat membantu peningkatan dan pemberdayaan pertanian yang akan terus berlanjut ke daerah lainnya. Sebagai langkah awal, program konco jagung diharapkan bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor jagung nasional yang setiap tahun mencapai 2,4 juta ton. Harapan dari program ini adalah menguatnya perekonomian umat, terutama petani. Pembangunan pertanian di pedesaan tidak lepas dari kelembagaan yang berperan sebagai penyokong dari hulu hingga hilir agribisnis pertanian. Kelembagaan pedesaan ini terdiri dari pondok pesantren, aparat pemerintah desa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat (Ormas), paguyuban, dan sebagainya.

Pondok pesantren di Madura dapat mengembangkan ekonomi pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan umat dengan upaya membentuk kerjasama dengan petani maupun antar pesantren. Begitu pula perbankan atau lembaga keuangan syariah membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan produk akad yang ditawarkan dalam usaha agrobisnis masyarakat kususnya petani. Incorporated pesantren akan berkontribusi besar terhadap masyarakat sebagai mitra kerja, memperkuat modal petani dan sebagainya. Pondok pesantren yang masih mengelola sirkulasi perekonomiannya dengan sistem tradisional dituntut bertransformasi kepada dunia digitalisasi yang diproduksi dan diolah dengan tenaga teknologi. Pondok pesantren akan mempunyai peran penting untuk mengubah perekonomian petani di pedesaan dengan tetap menyiapkan life skil santri sehingga mempuyai daya saing yang luas.

Ada pun “Program Arus Baru Perekonomian Indonesia” yang dibentuk MUI adalah Program Pengasuhan Bisnis merupakan kolaborasi antara perusahaan dan UMKM yang sukses dibina oleh perusahaan modal ventura daerah dengan sejumlah pondok pesantren. Kolaborasi ini diharapkan bisa menularkan semangat kewirausahaan pondok pesantren sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi santri, alumni dan masyarakat luas. Kemudian menjadikan pesantren tidak hanya pusat kajian keislaman yang mencetak santri sebagai ulama tetapi lebih luas lagi pesantren dapat mencetak santripreneur yang berjiwa islami dan berdaya saing yang fair. Dukungan “Program Arus Baru Perekonomian Indonesia” pada akhir-akhir ini akan mengangkat potensi-potensi pesantren untuk lebih banyak berkontribusi dalam ikut andil menghilangkan kesenjangan ekonomi.

Pesantren yang sudah membina koperasi, UMKM dan perniagaan dalam menopang perekonomian umat dapat berkolaborasi dengan perusahaan modal ventura daerah dalam meningkatkan persaingan dunia bisnis. Hingga tahun 2017, jumlah koperasi di Madura sebanyak 2.610 dan 826.537 UMKM yang masih aktif. Dengan jumlah koperasi dan UMKM sebanyak itu, kemudian pondok pesantren di Madura yang jumlahnya juga sangat banyak maka eksistensi pesantren sangat berperan penting sebagai pelaku ekonomi di dalamnya. Program pengasuhan bisnis harus bergerak bersama antara pesantren, perusahaan dan pemerintah. Ketika keinginan ini terwujud dan persatuan antar pesantren dalam mencapai matlamat sebagai arus baru perekonomian umat sangat kuat maka dengan cepat akan terciptanya ekonomi umat yang kokoh.

*Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata sekaligus dosen fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Intitut Agama Islam Al-Khairat Pamekasan.