Mahasiswa Alumni Pesantren
ADMINPESANTREN74x ditampilkan Galeri Headline Artikel Ilmiyah Kolom Alumni
Oleh: Itsnaniyah*
Pernahkah kita berpikir menjadi mahasiswa yang alumni pesantren sangatlah mengemban banyak tanggung jawab? Sebab, meskipun sudah menjadi alumni kita masih tetap membawa nama baik pesantren yang harus dijaga. Dimana pesantren maupun santrinya sendiri menjadi tempat harapan di kalangan sosial masyarakat. Akan tetapi lingkungan masyarakat bisa memberikan dampak yang negatif atau positif bagi alumni pesantren. Seperti halnya perilaku sosial keagamaan yang dialami oleh para mahasiswa alumni pesantren yang tinggal di perkotaan. Kehidupan di luar pesantren akan terasa sangat berbeda bagi alumni yang meneruskan perjuangannya di luar pesantren. Lingkungan di dalam pesantren terdapat kultur sosial dan pola kehidupan yang tertanam dalam setiap individu santri dalam mejalani kesehariannya.
Pola kehidupan yang tercipta di pondok pesantren bersifat komunalistik, di mana tata pergaulan di antara para santri tidak tersekat oleh tradisi kehidupan yang individualistik. Kehidupan komunalistik di pesantren yang tampak dalam kebiasaan makan dan minum bersama, tidur dan belajar bersama, merupakan tindakan yang membentuk ikatan-ikatan sosial dimana pengaruh terhadap masing-masing individu sangat kuat. Hal tersebut yang dapat menyatukan para santri yang berlatar belakang suku, ras, dan perbedaan lainnya dapat bersatu dan berbaur dalam menjalani hidup. Saling menyemangati dalam belajar, menolong satu sama lain, hingga terjalin erat hubungan kekeluargaan antara santri satu dengan lainnya. Kehidupan pesantren yang lebih tertata dan meningkatkan kebersamaan para santrinya menjadi hal yang sangat berbeda ketika para alumninya tinggal di perkotaan yang cenderung bersifat individualistik.
Lingkungan hidup yang berbeda dengan berbagai perkembangan yang ada menjadi tantangan baru bagi para alumni pondok pesantren. Terlepas dari lingkungan, alumni pesantren tetaplah sebagai kader generasi Islam, yang dipandang mempunyai sisi keilmuan dan perilaku keagamaan yang baik. Walaupun tidak semua hal tersebut sesuai dengan apa yang menjadi anggapan banyak orang. Lantas kehidupan yang sekarang dengan kehidupan individuliastik tanpa ada aturan dan hukuman yang mengikat, hidup bebas di perkotaan, apakah akan semakin meningkatkan religiusitas hingga mengalami proses konversi agama, atau justru sebaliknya mengalami tingkat penurunan religiusitas (apostasi agama)?.
Meningkatkan religiusitas bisa mereka dapatkan apabila mereka tetap mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan di pesantren pada kehidupan baru yang dijalani. Dimana bekal akhlak yang baik dan agama yang kuat menjadi pondasi pertama supaya tidak terpengaruh lingkungan sosial yang tidak baik. Tanpa disadari, kehidupan di luar pesantren sebenarnya merupakan pembuktian bagi individu mereka apakah tetap bisa hidup dengan baik jika tidak adanya aturan yang mengikat. Sehingga dapat diketahui bahwa hidup memang harus ada aturan, entah itu aturan yang dibuat orang lain ataupun diri sendiri, dan tentunya aturan yang baik sesuai ajaran agama akan membawa pada hidup yang selalu dirahmati Allah SWT. Dalam surah Al-A’raf ayat 56 dijelaskan bahwa rahmat Allah SWT selalu bersama dengan orang-orang yang berbuat baik.
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Al-A’raf: 56)
Maka untuk itu, sebagai alumni pesantren yang sudah dibekali dengan ajaran agama yang baik, diperlukan untuk bisa membawa pengaruh baik buat kehidupan di luar pesantren, bukan malah terpengaruh dengan kehidupan yang bisa menjauhkan diri dari ajaran agama.
*Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dan saat ini menempuh pendidikan pascasajana di Universitas Negeri Malang.