Muslim Milenial: Sebuah Fenomena
ADMINPESANTREN823x ditampilkan Galeri Headline Artikel Ilmiyah Kolom Alumni
Oleh: Ulin Ni’mah*
Fenomena muslim milenial merupakan refleksi dari perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang mempengaruhi generasi muda muslim saat ini. Secara umum, kelompok ini ditandai oleh adopsi teknologi yang cepat, eksplorasi budaya yang lebih luas, serta perhatian yang lebih besar terhadap isu-isu sosial dan politik.
Dalam ranah teknologi, muslim milenial cenderung terhubung secara digital, menggunakan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai keagamaan, mendiskusikan isu-isu keislaman, serta berbagi pengalaman spiritual mereka. Mereka juga memanfaatkan aplikasi dan platform online untuk memperdalam pengetahuan keagamaan, mengakses sumber-sumber informasi, dan menjalin komunitas lintas batas geografis.
Selain itu, terdapat kecenderungan pada muslim milenial untuk menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan tren budaya saat ini. Mereka menemukan cara kreatif untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan menggunakan seni, musik, mode, dan media populer lainnya. Hal ini mencerminkan adaptasi mereka terhadap zaman modern tanpa kehilangan nilai-nilai tradisional keislaman.
Hal tersebut, sejatinya merupakan bagian dari upaya pengaplikasian kandungan hadits Nabi Muhammad Saw. mengenai urgensi menggali ilmu serta menyiarkannya tanpa mengenal zaman. Hadits yang mendorong manusia untuk menuntut ilmu serta menyebarkan agama Islam tanpa mengenal batasan waktu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ."
Artinya: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah Awt. akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sungguh, para malaikat menurunkan sayap-sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena mereka meridhai apa yang dia lakukan. Orang yang ada di langit dan bumi, juga ikan-ikan di laut memohonkan ampunan untuk orang yang memiliki ilmu. Dan kelebihan orang yang berilmu atas yang hanya beribadah sebagaimana kelebihan bulan purnama atas segala bintang. Para ulama itu adalah warisan para Nabi; para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, namun mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil sebagian dari ilmu itu, maka dia telah mengambil bagian yang banyak."
Hadits di atas menggarisbawahi pentingnya mengejar ilmu dan melebarkan pengetahuan tentang agama Islam tanpa memandang batasan zaman. Selain menuntut ilmu, hadits ini juga menekankan bahwa orang yang mengetahui ilmu agama dan menyebarkannya akan mendapatkan keutamaan yang besar di sisi Allah Swt.
Fenomena muslim millenial menjadi jawaban terhadap isu degradasi ajaran agama Islam di era global seperti saat ini. Sehingga karena hal itu, patut diberikan apresiasi terhadap mereka yang gemar menyiarkan agama Allah Swt. secara luas di berbagai platform media sosial.
Namun, fenomena muslim milenial ini juga dihadapkan pada sebuah tantangan. Terkadang, dalam proses integrasi antara prinsip keislaman dan tren budaya kekinian, terjadi dilema antara menjaga nilai-nilai agama dengan asimilasi terhadap budaya kontemporer yang mungkin bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan. Dalam aras dilematik itu msulim milenial dituntut untuk menggenggam erat prinsip dan tanggung jawab agama, tanpa mengabaikan pola penyesuaian terhadap kultur dan tren mode di eranya.
Sementara itu, secara sosial dan politik, muslim milenial seringkali menunjukkan minat yang lebih besar dalam mengatasi isu-isu sosial yang terkait dengan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan. Mereka aktif dalam gerakan-gerakan sosial, memperjuangkan hak asasi manusia, mendukung keberagaman, serta terlibat dalam dialog antar agama untuk memperkuat toleransi dan pemahaman lintas kepercayaan.
Di sisi lain, terdapat variasi yang signifikan dalam pemahaman dan praktik keagamaan di antara muslim milenial. Beberapa mungkin lebih cenderung pada praktik keagamaan yang konservatif, sementara yang lain mungkin lebih terbuka terhadap interpretasi yang lebih liberal dan progresif.
Penting untuk diingat bahwa fenomena muslim milenial tidaklah homogen; mereka adalah kelompok yang heterogen dengan beragam latar belakang, pemahaman, dan pengalaman. Namun demikian, keberadaan mereka memiliki dampak yang signifikan dalam dinamika keislaman modern, menawarkan potensi untuk transformasi positif dalam cara pandang dan keterlibatan umat Islam dalam dunia kontemporer.
*Alumni Ponpes Mambaul Ulum Bata-Bata, mahasiswi Program Studi Tadris Bahasa Inggris Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.