Tantangan dan Amanah sebagai Guru Tugas

ADMINPESANTREN Rabu, 8 Mei 2024 20:20 WIB
904x ditampilkan Galeri Headline Artikel Ilmiyah Kolom Alumni

Oleh: Muhammad Izul Ridho*

Belakangan jagat media sosial digemparkan oleh film tentang guru tugas yang diproduksi oleh salah satu akun YouTube yang menuai kontroversi bahkan dinilai telah menodai Marwah para ustadz tugas yang menjalankan tugasnya dengan penuh amanah dan tanggung jawab. Satu kisah yang mungkin memang pernah terjadi dan diangkat di dalam satu film berepisode yang kemungkinan besar dapat menyebabkan kesalahan persepsi di kalangan masyarakat luas dan mencemari nama baik guru tugas dan pesantren yang mengirimkan santrinya sebagai guru tugas. Maka dari itu penulis menganggap perlu menuliskan sedikit oretan tentang guru tugas.

Sebelum Anies Baswedan mengenalkan program Indonesia mengajar yang menempatkan para pengajar di banyak pelosok  daerah di Indonesia, di kalangan pondok pesantren salaf para masyaikh telah terlebih dahulu mengenalkan istilah "guru tugas" yang disematkan kepada para santri yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di pesantren dan ditugaskan di lembaga pendidikan yang tempatnya tidak sedikit berbeda di wilayah pelosok. 

Guru tugas di banyak daerah di Jawa Timur khususnya di Madura merupakan istilah yang cukup populer hal tersebut di sebabkan pondok pesantren salaf yang mengirimkan guru tugas banyak berasal dari daerah Jawa Timur, di daerah Madura pondok yang mengirimkan santrinya sebagai guru tugas tidak hanya dilakukan oleh pesantren besar, pesantren dengan jumlah santri menengah pun turut andil mengirimkan santrinya sebagai guru tugas.

Ditugaskannya santri ke berbagai daerah setidaknya memiliki dua tujuan utama; Pertama, sebagai ujian dan materi pendidikan kemasyarakatan bagi para santri. Kedua, sebagai bentuk pemenuhan tanggung jawab pesantren untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa di seluruh pelosok tanah air.

Dari kedua tujuan ini maka sangatlah tampak beratnya amanah dan tantangan sebagai guru tugas. Seorang guru tugas dihadapan masyarakat diposisikan sebagai seorang yang memiliki keilmuan yang memadai untuk mendidik anak-anak mereka tentang adab dan ilmu-ilmu agama, di sisi yang lain seorang guru tugas sebenarnya hanya merupakan seorang santri yang sedang belajar bermasyarakat baik belajar secara langsung maupun tidak langsunh kepada Penanggung Jawab Guru Tugas (PJGT) dan masyarakat di daerah tempatnya bertugas.

Masyarakat dan lembaga pendidikan tempat tugas seorang guru tugas tentu berbeda-beda ada yang ditempatkan di Musolla pelosok daerah, ada yang ditempatkan di lembaga pendidikan yang baru dirintis, dan tentu ada yang ditempatkan di lembaga pendidikan yang cukup maju dan  terkadang telah memiliki kemampuan untuk mengirimkan guru tugas juga.

Perbedaan kondisi sosial yang dihadapkan kepada seorang guru tugas membuat mereka dituntut untuk memiliki bekal persiapan yang matang baik dari sisi kemampuan dan keilmuan maupun mental dan pisikologi. Maka dari itu penting diingat oleh para guru tugas untuk senantiasa siap dan ingat akan amanah dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya. Ditugaskan sebagai seorang guru tugas tidak melulu tentang kemewahan yang akan diterima ditempat tugas melainkan juga  akan banyak ujian yang menunggu untuk dihadapi termasuk adagium yang terbangun dikalangan para guru tugas bahwa ujian terberat saat berada di tempat tugas adalah pengaruh hawa nafsu dan hasrat terhadap lawan jenis.

*Guru Tugas Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Masa Khidmat 2014-2015.