Paradigma Masa Remaja

ADMINPESANTREN Selasa, 15 Agustus 2023 17:14 WIB
2020x ditampilkan Galeri Headline Opini Santri

Oleh: Cahaya Rembulan*

Paradigma adalah teladan; pedoman yang dipakai untuk menunjukkan sistem pemikiran; bentuk kasus dan pola pemecahannya. Sedangkan masa remaja memang merupakan masa yang sangat penuh dengan paradigma. Bahkan Stanley Hall, seorang psikolog hebat, mendefinisikan bahwa masa muda adalah masa yang paling sulit, penuh gejolak dan tekanan, atau yang bisa disebut dengan ”storem and stres”.

“Remaja” kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang yang berkata bahwa kaum remaja merupakan kelompok yang biasa saja tiada beda dengan kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap kaum remaja adalah kelompok orang-orang yang menyusahkan orang tua.

Sebagai contoh nyata remaja masa kini lebih patuh pada handpone dan televisi dibanding orang tuanya. Lebih memilih update status terlebih dahulu ketimbang membaca doa sebelum makan. Uniknya lagi, remaja sekarang lebih suka mengobrol melalui Facebook dan lain sebagainya. Hingga lupa bahwasanya sosialisasi yang sesungguhnya adalah bertemu dan berbincang secara langsung.

Remaja saat ini bangga jika bolos sekolah, nongkrong tidak jelas, lalu pulang larut malam dengan tanpa ada rasa bersalah yang membebaninya. Padahal ada orang tua yang mencemaskan mereka di rumah. 

Giliran ujian tiba, malah menghalalkan segala cara untuk bisa mendapat ijazah dengan nilai bagus. Saat pengumuman lulus, corat-coret baju, konvoi tidak jelas di jalan raya, seakan-akan sudah sangat puas dan lulus dengan predikat lulus yang tertera di papan pengumuman. Padahal, apa yang mau dibanggakan? Beginikah calon pemimpin untuk masa depan negeri? Rasanya, bangsa dengan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur kini tinggal mitos.

Sejalan dengan perkembangan rohani dan jasmaninya, maka pandangan agama pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan zaman pada saat ini. Maksudnya, penghayatan para remaja terhadap ajaran agama banyak berkaitan dengan faktor perkembangan zaman saat ini. Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkemabangan rohani dan jasmani, diantaranya menurut W Star Buck adalah “pertumbuhan pikiran dan mental, perkembangan perasaan, pertimbangan sosial, perkembangan moral, sikap dan minat.”

Dalam buku Psikologi Remaja karya Drs. Andi Mappiare, yang diterbitkan oleh Usaha Nasional, sikap diartikan sebagai kesediaan beraksi individu terhadap suatu hal. Lebih terperinci lagi, sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki seseorang dalam bereaksi. Sikap ini sangat berpengaruh pada masa remaja karena sikap merupakan produk penamatan dari pengalaman individu secara unik dengan benda-benda fisik di lingkungannya, orang tua dan saudara-saudara, serta pergaulan sosial yang lebih luas.

Sikap positif remaja awal terhadap teman sebaya berkembang dengan pesat setelah remaja mengenal adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama. Sikap solider atau “senasib seperjuangan” dirasakan dalam kehidupan kelompok baik dalam kelompok yang dibentuk atau terbentuk dengan sendirinya. Simpati merasakan perasaan orang lain telah mulai berkembang dalam usia remaja awal. Remaja berusaha bersikap sesuai dengan norma-norma kelompoknya. Sikap penyesuaian diri (contorm) dengan teman-teman sebaya selalu dipertahankan remaja walaupun hal itu dapat menimbulkan pertentangan-pertentangan dengan antara remaja dengan orang tuannya akibat perbuatan nilai (value).

Rasa sedih merupakan sebagian emosi yang sangat menonjol dalam masa remaja awal. Remaja sangat peka dengan ejek-ejakan yang dilontarkan kepada diri mereka. Sebaliknya, perasaan gembira biasanya akan nampak apabila mereka mendapatkan pujian, terutama pujian terhadap diri sendiri atau hasil usahanya. Bagi remaja yang ekstrovert, rasa gembira akan lebih nampak dibandingkan dengan remaja yang introvert. 

Bentuk emosi yang sering nampak dalam diri remaja adalah marah, malu, takut, lemas (anixiety), cemburu (jealoucy), iri hati (envy), sedih, gembira, kasih sayang, dan rasa ingin tahu. Sedangkan minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Dalam masa remaja, minat dan juga cita-cita berkembang, dan hal itu bersifat pemilihan dan berarah tujuan. 

Minat pribadi dan sosial merupakan kelompok minat yang paling kuat dimiliki oleh kebanyakan remaja awal. Minat pribadi contohnya: merawat tubuh, tampang, pakaian, perhiasan, dan lain sebagainya.

Saat ini generesi muda kita sangat jauh dari apa yang diharapkan. Karakter bangsa sudah luntur digilas waktu. Pondasi yang dibangun dengan kukuh kini diruntuhkan oleh anak bangsa sendiri. Bangsa yang santun, berbudi pekerti, ramah, dan selalu rekat dengn gotong royong seharusnya mampu membuat Indonesia menjadi bangsa yang arif. Namun jika generasi muda yang bobrok akan melahirkan pemimpin ahli korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidakdisiplinan. Jika sudah begitu lantas mau dibawa ke mana masa depan bangsa ini?

Merevolusi mindset bangsa memang bukan suatu hal ynag sangat mudah, dan sasaran utama revolusi mental tentu adalah pemuda-pemudi yang memegang kendali, yakni kita semua yang menajadi tiang penyangga NKRI. Biarkan generesai muda membanting setir dan kembali ke tujuan awal bangsa Indonesia untuk merdeka dengan sejati. Tumbuhkan kembali rasa cinta tanah air. Berganti arah dari sesuatu yang negatif menuju berbagai hal yanng positif. Sadarkan kembali generasi kita, paksakan anak bangsa untuk mengenal seperti apa bangsa mereka yang sebenarnya.

Ayo ubah diri kita sendiri, namun bukan berarti tidak mengakui diri sendiri yang lebih baik. Ayo bersama-sama kita capai apa yang menjadi cita-cita bangsa selama ini dan jadilah generasi yang siap tempur serta mengepakkan sayap-sayapnya.

*Security XI A2 (GRESS)