Gus Riqfil: Cinta Sejati Tidak Hanya Bilang I Love You tapi Ucapkan Qabiltu

ANIES Rabu, 18 Januari 2023 11:41 WIB
1821x ditampilkan Galeri Headline Berita Kabar Pesantren Pekan Ngaji 8

Bata-Bata - KH. Rifqil Muslim Suyuthi menjadi pembicara dalam acara seminar pada pelaksanaan Pekan Ngaji 8 Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata (Muba) Putri, Palengaan, Pamekasan pada Kamis (12/01/2023).

Seminar ngaji pernikahan dengan tema "Membangun Rumah Tangga Bahagia tanpa Pacaran" ini dilaksanakan di Musala Muba Putri yang dihadiri oleh ribuan santri Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata.

Pengasuh Ponpes Mambaul Hikmah Kaliwungu tersebut mengawali pemaparan materinya dengan menyampaikan definisi dari nikah, baik secara bahasa maupun secara istilah.

Kemudian dilanjutkan dengan proses dari sebuah pernikahan, mulai dari nadhor atau melihat perempuan dari wajah dan telapak tangan, ta'aruf atau proses pengenalan, khitbah atau lamaran dan terakhir proses nikah itu sendiri.

"Di dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran, jangan sampai agama menjadikan bungkus untuk memperlancar modus," ujar laki-laki yang akrab disapa Gus Rifqil itu.

Menikah bukan hanya perihal menyatukan dua orang, tetapi juga perlu persiapan yang matang, baik itu secara finansial, mental dan kesiapan menjadi orang tua. Bukan hanya laki-lakinya saja, perempuan pun juga harus mempersiapkan dirinya.

"Perempuan harus pintar, karena perempuan merupakan madrasah pertama bagi anaknya," jelasnya.

Gus Rifqil juga mengutip dari perkataan Kiai Maimun Zubair yaitu, “Laki-laki itu bagaikan benih dan perempuan bagaikan sawah. Dengan demikian diperlukan kualitas yang baik dari kedua belah pihak”.

Beliau juga memaparkan lima aspek pondasi dalam pernikahan; Pertama, sama-sama disangga yakni sama-sama memandang bahwasannya pernikahan adalah berpasang-pasangan. Kedua, sama-sama meyakini bahwa pernikahan adalah sebuah janji yang kukuh. Ketiga, ketersalingan dalam kebaikan antara laki-laki dan perempuan (muasyarah bil ma'ruf). Keempat, sama-sama mengatasi masalah keluarga dengan musyawarah, dan kelima, sama-sama meyakini bahwa rida Allah adalah tergantung rida suami.

"Cinta sejati bukan yang bilang I love you tapi yang berani mengucapkan qabiltu," tutupnya. (ny)